Rene Descartes

oleh: Jainul Arifin

            Rene Descartes  lahir pada tanggal 31 maret 1596, dan tempatnya ada yang menulis di sebuah kota kecil Prancis, yaitu yang bernama La Haye Totiraine.[1]Namun, Ayahnya seorang anggota parlemen di inggris.[2] Dalam buku“Filsafat Barat, Dari logika baru ReneDescartes hingga revolusi sains ala Thomas Kuhn”, yang di tulis olehZubaedi dkk.Ayah Descartesbekerja di Bretagne, dan alamat negara tidak ditulis, hanya alamat kelahiran Descartes saja yang ditulis, yaitu prancis. Jadi, kesimpulannya penulis masih ragu atau belum tahu pasti negara kelahiran Descartes, antara inggris atau prancis.Karena,ketika ayah Descartes meninggal, Ayahnya mempunyai tanah yang cukup luas di inggris yang kemudian di wariskan ke Descartes dan selanjutnya di jual dan diinvestasikan oleh Descartes.
            Descartes adalah seorang pengembara yang No-Maden. Pada tahun 1604-1612 dia belajar di Universitas Jesuit de La Fleche, di tempat ini dia mendapatkan dasar-dasar matematika modern dengan baik. Kemudian pada tahun 1612 dia pergi ke paris, dan di paris Descartes tidak krasan, sehingga dia pergi mengasingkan diri di Faubourg St. Germain untuk mempelajari geometri. Akan tetapi ditempat ini, teman-temannya menemukannya, sehingga dia bersembunyi dengan mendaftarkan diri di militer Belanda pada tahun 1617. Setelah Belanda aman dia bertapa lagi atau bermeditasi selama dua tahun, setelah itu dia mendaftarkan diri ke militer Bavaria, karena adanya perang.[3] Dalam tugas di Bavaria inilah dia mendapatkan dasar filsafatnya yaitu Cogito Ergo Sum.
            Pada saat itu musim dingin, Descartes masuk ke rumah memakai baju lengan panjang dan duduk di dekat api sambil bermeditasi atau berfilsafat. Dia ingin filsafat itu pasti kebenarannya, sehingga dia mencari dasar yang pasti juga kebenarannya dalam filsafat. Awal mulanya dia mengkosongkan pikirannya dari pengetahuan-pengetahuan yang telah ada didalam pikirannya, yang didapat dari tradisi maupun dari indranya, yaitu dengan cara meragukan segala Hal, termasuk dirinya sendiri.Dia berkata ; “Dapatkah saya meragukan diri saya sendiri yang sedang duduk didekat api dengan baju lengan panjang? Kemudian dijawab sendiri, Ya, karena biasa saya bermimpi dan duduk dekat api serta berbaju lengan panjang begini, tapi ternyata saya lagi tidur di tempat tidur. Kemudian dia mengatakan bahwa aritmatika dan geometri adalah ilmu yang pasti, di dunia nyata maupun di mimpi, akan tetapi keraguan masih dimungkinkan, karena bisa jadi tuhan menyebabkan aku salah atau ada setan jahat yang mempengaruhi ku atau menyalahkan aku.”[4]
Mungkin contoh-contoh atau penjelasan seperti di atas teman-teman sudah sering dengar dan sudah paham, jadi saya tidak lanjutkan. Yang intinya dari keraguan tersebut, Descartes ahirnya mendapatkan kepastian yaitu tentang dirinya yang sedang berfikir, berfikir dalam pengertian yang sangat luas, yaitu bisa jadi meragukan, berimajinasi atau memikirkan sesuatu.
Descartes tidak mengakui kebenaran pengalaman dari indra secara sepintas, karena, menurutnya pengalaman tersebut suatu yang tidak terduga atau tidak berargumen, sama seperti mimpi, walaupun yang dimimpikan suatu yang pasti yaitu seperti aritmatika atau geometri, akan tetapi karena datang dan perginya tidak terduga, sehingga masih bisa di ragukan kebenarannya dalam mimpi tersebut. Intinya atau maunya Descartes, suatu kebenaran itu harus di evaluasi lebih lanjut supaya tidak diragukan lagi.
Descartes juga mengetes indra yang biasa digunakan untuk mengetahui materi-materi. Dalam bukunya Russell, disitu Descartes memberikan contoh malam yang disamakan dengan sarang lebah atau madu untuk mengetes indra, karena madu tersebut dapat dilihat oleh panca indra.Malam itu manis, malam itu berbentuk, malam itu harum, namun jika didekatkan dengan api, salah satu ciri tersebut berubah, walaupun esensinya masih tetap.Madu apabila didekatkan di api maka akan meleleh atau mencair, begitu juga malam, malam identik dengan gelap dan dingin, apabila di dekatkan dengan api maka seakan-akan berubah, padahal esensi malam itu masih ada. Sehingga menurutnya, malam itu fleksibel, maka jangan di cari dengan indra tapi dengan akal, tapi bukan berimajinasi. Dia menambahkan, bahwa malam tidak bisa lepas dari benda-benda materil, akan tetapi esensi malam bukan masalah penglihatan, karena orang menutup mata bisa jadi seakan-akan malam. Intinya menurut Descartes, indra itu menipu, maka dalam mencari sesuatu disarankan dengan akal. Sebenarnya dia juga mengakui bahwa apa yang dia pikirkan adalah yang dia lihat, akan tetapi penekanannya tetap harus menggunakan akal.Bahkan ketika dia memikirkan malam, atau dalam bahasanya yang di dalam bukunya Russell, dia menelanjangi malam, melepaskan pakaian atau ciri-ciri yang melengket pada malam, dia mendapatkan esensi dirinya lebih nyata dari malam itu sendiri.[5]
Setelah dia mendapatkan dasar filsafat yang pasti, yaitu dirinya yang sedang berfikir, yang dalam bukunya Russell biasa di samakan dengan jiwa dan dalam tulisannya Ali Masrur di sebut dengan akal budi,kemudian Descartes membuat suatu logika dalam berfikir supaya terjamin kebenarannya, yaitu sebagai berikut :
Pertama, tidak pernah menerima apa saja sebagai Hal yang benar bila tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai keberadaannya. Orang harus menghindari dengan cermat kesimpulan-kesimpulan dan prakonsepsi-prakonsepsi yang terburu-burudan tidak memasukan apa pun kedalam pertimbangannya lebih dari pada yang terpapar, sehingga dengan begitu, tidak perlu diragukan lagi.
Kedua,      memecahkan setiap kesulitan sebanyak mungkin menjadi bagian dari sebanyak yang dapat dilakukan  untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
Ketiga,     mengarahkan pemikiran secara tertib dari objek yang paling sederhana dan mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit dan setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks dan dengan mengandaikan suatu urutan di antara objek yang sebelumnya tidak memiliki ketertiban kodrati.
Keempat, membuat penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin dan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga orang dapat merasa pasti dan tidak ada sesuatu pun yang ketinggalan.[6]

Kesimpulan
Jadi, Descartes dikatakan sebagai Bapak filosof modern karena pemikirannya yang mencari landasan dalam filsafat yang tepat, terjamin dan tidak dapat diragukan lagi. Dan semua itu di dapat dalam “Berfikir”, yaitu “Berfikir” dalam pengertian yang luas. Kemudian setelah dapat landasannya yaitu “Berfikir”, dia ingin membuat aturan atau logika berfikir supaya berfikir itu tepat dan tidak diragukan pula.



[1] Ali Masrur, Zubaedi, dkk. Filsafat Barat: Dari logika baru rene descartes hingga revolusi sains ala Thomas Kuhn, (yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)
[2] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: kaitannya dengan kodisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm, 733
[3] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: kaitannya dengan kodisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang,hlm, 733
[4] Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: kaitannya dengan kodisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang,hlm, 739
[5]Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: kaitannya dengan kodisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang,.
[6]Ali Masrur, Zubaedi, dkk. Filsafat Barat: Dari logika baru rene descartes hingga revolusi sains ala Thomas Kuhn, hlm,24

Comments